Wednesday, March 3, 2021

Tentang kehilangan

Sekitaran minggu lalu lagi nonton Money Heist.
Trus sampe di part Nairobi ketembak dan dimakamkan di peti, dan dibawa keluar, seperti pemakaman.

Dan,
Perih cuy.

Same feeling when you got a big hole in your heart.

Parah ku nangis kejer sendiri.

.
.
.
.

Kayaknya ku emang lagi patah hati banget karena papah (mertua) sudah berpulang, dan ku sama paksu dan cucu kai kesayangan gabisa pulang.
Kayak sedikit berharap melalui fase pemakaman itu, tapi ternyata ga kesampean.

Sakit cuy.

Dan bencinya setiap memori kehilangan itu datang, memori lainnya menyerbu.
Satu satu.

Waktu pp td harus berangkat ke Turki duluan.
Waktu lagi ngurus td sendirian trus merasa ga mampu, hilang rusuk sebelah kayaknya. 
Waktu lulus dan ninggalin Jatinangor,
ninggalin malam-malam begadangku dan teman-teman seperjuangan kampusku,
ninggalin setiap jengkalnya nangor dan detiknya waktu.

Well,
sudah bertumpuk terlalu lama ya.

Kadang suka mikir sendiri.
Udah mau 26 tahun ini.
Tapi accepting setiap momen kehilangan ini kok rasanya butuh seumur hidup.

Kadangan kayak merasa hidup di pusaran waktu yang sama.
Rasa yang sama.
Ada rindunya.
Ada menyesalnya.

Kehilangan mungkin jadi guru terhebatku sekarang.
Guru yang memaksaku menerima setiap rasa khawatir yang akan datang,
ketika kemungkinan kehilangan itu datang lagi.
Guru yang memintaku dengan pasti, untuk selalu pasrah dan berdoa, untuk selalu mengingat Tuhan,
ketika kemungkinan kehilangan itu datang lagi.

No comments:

Post a Comment